Kamis, 31 Maret 2011

laporan pendahuluan askep Pielonefritis

1. Definisi

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir baik(refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain.
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang kronis (Tambayong. 200)


2.Etiologi
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus
balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:

1. kehamilan
2. kencing manis
3. keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.


3.Gejala
Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan muntah. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut berkontraksi kuat.Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali. Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.
Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil). Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).

4. Manifestasi klinis
Pielonefritis akut: pasien pielonefritis akut mengalami demam dan menggigil, nyeri tekan pada kostovertebrel(CVA), Leokositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih dalam urinselain itu gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemihumumnya terjadi. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal pasien pielonefritis biasanya membesar disertai infiltrasiinterstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kartiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Ketika pielonefritis menjadi kronis, ginjal membentuk jaringan parut, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Pielonefritis kronis:biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi. Tada-tanda utama mencakup keletiah sakit kepala, nafsu makan rendah, poliuria, haus yang berlebihan, dan kehilangan berat badan.
6. Pemeriksaan Penunjang
1.Urinalisis

• Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih

• Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis

• Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103 organisme koliform / mL urin plus piuria
• Biakan bakteri
• Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik

3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

4.Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.

5. Metode tes
• Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat).
• Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
• Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
6. Penyakit Menular Seksual (PMS):Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
7. Tes- tes tambahan :
• Urogram intravena (IVU).
• Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
• Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
• mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

7.Penatalaksanaan
Pielonefritis Akut: pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan memerlukan terapi
antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral.Untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada sistitis.
Masalah yangmungkin timbul dlam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka panjang.
Pielonefritis kronik:agens antimikrobial pilihan di dasarkanpada identifikasi patogen melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik.

9.Diagnosa Kpererawaytan Yang Mungkin Muncul

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran mukosa,kurang nafsu makan
2. Nyeri akut b.d proses peradangan / infeksi
3.Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
4. Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan
5. Gangguan pola tidur b.d hipertermi, nyeri
6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
7. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat

3.Perencanaan
Dp. 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhantubuh b.dhipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nafsu makan bertambah.
Batasan karateristik:
Subjektif : kram abdomen, melaporkan perubahan sensasi rasa, merasa kenyang setelah mengingesti makanan, merasakan
ketidakmampuan mengingesti makanan.
Objektif : adanya bukti kekurangan makanan, bising usus hiperaktif, konjungtiva dan membran mukosa pucat, tonus otot
buruk.
Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat gizi.

No Intervensi                                                                   Rasionalisasi
1 Mandiri:
Pantau / catat permasukan diet

Membantu dan mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum, gajala uremik (contoh : mual, anoreksia, gangguan rasa) dan pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan

2 Tawarkan perawatan mulut sering/cuci dengan larutan (25%) cairan asam asetat. Berikan permen karet, permen keras, penyegar mulut diantara makan Mambran mukosa menjadi kering dan pecah.

Perawatan mulut menyejukkan, meminyaki dan membantu menyegarkan rasa mulut yang sering tidak nyaman pada uremia dan membatasi pemasukan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu menetralkan amonea yang dibentuk oleh perubahan urea.

3 Berikan makanan sedikit tapi sering

Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya paristaltik

4 Kolaboasi:
Konsul dengan ahli gizi/tim pendukung nutrisi

Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan,dan mengidentifikasi rute paling efektif dan produknya, contoh tambahan oral, makanan selang hiperalimentasi



Dp.2: Nyeriakut b.d proses peradangan, infeksi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Subjektif : keletihan
Objektif :perubahan kemampuan untuk meneruskan aktifitas sebelumnya, perubahan pola tidur, penurunan interaksi
dengan orang lain, perubahan berat badan.
kriteria Hasil: Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih, kandung kemih tidak tegang, tenang, tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah, tidak ada posisi tubuh, tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan

No      Intervensi                                                                                     Rasionalisasi
1 Mandiri:
Pantau intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri

Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi

2 Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran

Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot ² otot

3 Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi

Untuk membantu klien dalam berkemih


4 Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang

Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan

5 Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat

Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot

6 Berikan perawatan parineal

Untuk mencegah kontaminasi uretra

7 Kolaborasi:
Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya

Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga
mengurangi nyeri





Dp.3: Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam pasien berkurang
Kakteristik :suhu tubu meningkat di atas rentang normal, frekuensi napas meningkat, kulit hangat bila disentuh, kadang merasa mual.
Kritera Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas normal dan suhu kulit lembab

No           Intervensi                                                                                   Rasionalisasi
1 Mandiri:
Pantau suhu pasien (drajat dan pola) ;perhatikan menggigil/diaforesis

Suhu 38,90 ² 41,10 C menunjukkan prosespenyakit infeksius akut

2 Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan
linen tempat tidur, sesuai indikasi Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
3 Berikan kompres mandi hangat; hindaripenggunaan alkohol

Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabakan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.

4 Berikan selimut pendingin

Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,50-400 C pada waktu terjadi kerusakan/ gangguan otak.

5 Kolaboasi:
Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin),asetaminofen (tylenol)

Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotelamus. Meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme. Dan meningkatkan autodestruksi dari sel- sel yang terinfeksi

Dp.4: Ansietas b.dhematuria, kurang pengetahuantentang penyakit dan tujuan pengobatan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas pasienHilang dan tidak memperlihatkan tanda- tanda gelisah.

karakteristik: klien gelisah, tidak tenang, tanda vital abnormal, gelisah, ketakutan, gangguan tidur.

Kriteria Hasil : tenang, gelisa berkurang, ketakutan berkurang, dapat beristirahat, frekuensi nafas 12-24/menit
No Intervensi Rasionalisasi
1 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya Agar klien mempunyai semangat dan mau empati
terhadap perawatan dan pengobatan

2 Pantau tingkat kecemasan

Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

3 Beri dorongan spiritual

Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME

4 Beri penjelasan tentang penyakitnya

Agar klien mengerti sepenuhnya dengan penyakit yang di alaminya


Dp.5 : Gangguan pola tidur b.dhipertermi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa tidur dengan nyenyak.
Batasan karakteristik:
Subjektif :ketidak puasan tidur, keluhan verbal tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat beristirahat dengan baik.

Objektif: total waktu tidur kurang dari lama tidur normal, bangun 3 kali atau lebih di malam hari

Kiteria Hasil : jumlah jam tidur tidak terganggu, perasaan segar setelah tidur atau istirahat, terjaga denganwaktu yang sesuai


No                 Intervensi                                                                        Rasionalisasi
1 Mandiri :
Instruksikan tindakan relaksasi

Membantu menginduksi tidur

2 Hindari mengganggu bila mungkin, mis :membangun untuk obat atau terap

Tidur tanpa gangguan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun

3 Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi

Mengkaji perlunya mengidentifikasi intervensi yang tepat.

4 Dorong posisi nyaman, bantu dalam megubah posisi

Perubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat

5 Kolaborasi:
Berikan sedatif, hipnotik, sesuai indikasi

Mungkin di berikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama periode dari rumah ke lingkungan baru. Catatan : hindari penggunaan kebiasaan, karena ini menurunkan waktu tidur.


Dp.6: Intoleransiaktivitas b.d kelemahan umum
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien toleran aktifitas.
BatasanKarakteristik:
Subjektif: ketidaknyamanan, melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
Objektif: denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas
Keriteria Hasil : mengidentifikasi aktifitas dan atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi
aktivitas.

No                    Intervensi                                                                          Rasionalisasi
1 Mandiri : Bantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan.Berikan kemajuan peningkatan aktifitas selama fase penyembuhan.
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

2 Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas

Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pemilihan intervensi



Dp. 7: Resiko kekuranganvolume cairan b.d intaketidakadekuat
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat
BatasanKarakteristik:
Subjektif :
Objektif: penurunan turgor kullit/lidah, konsentrasi urine meningkat, kulit/ mambran mukosa kering.
Kriteria hasil :tidak memiliki konsentrasi urine yang berlebih, memiliki keseimbangan asupan Dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam

No                  Intervensi                                                                               Rasionalisasi
1 Ukur dan catat urine setiap kali berkemih

Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/output



2 Pastikan kontinuitas kateter pirau/ akses

Terputusnya pirau/ akses terbuka akan memungkinkan eksanguinasi

3 Tempatkan pasien pada posisi telentang/tredelenburg sesui kebutuhan

Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi

4 Pantau mambran mukosa kering,

torgor kulit yang kurang baik, dan rasa haus Hipovolemia/cairian ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi






DAFTAR PUSTAKA

Doenges, MarilynE. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3. Jakarta :EGC
http://askep-ebook.blogspot.com
http://cnennisa.files.wordpress.com
http://harnawatiaj.wordpress.com
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta :EGC
W ilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan.Edisi 7. Jakarta :EGC
www.google.com
http://www.scribd.com/doc/36697966/ASUHAN-KEPERAWATAN-PYLEONEFRITIS-3





Disusun oleh : Encep Rokhmat Hidayat
kls 2c

NIM 05200ID09088

1 komentar:

  1. terimakasih banyak infonya, sangat menarik sekali dan bermanfaat

    http://landongobatherbal.com/obat-herbal-infeksi-ginjal/

    BalasHapus